Tidak terasa waktu yang terus berjalan semakin memakan usia ibu nak, pandangan ibu kian mulai terganggu. Pendengaran ibu juga sudah mulai tidak sesempurna seperti dulu sewaktu kita masih bersama. Apalagi fisik ibu yang sangat ringkih hanya bersandarkan tongkat dan dinding jika ibu ingin melakukan sesuatu.
Ibu sekarang sendiri nak, hanya bertemankan pelita dari sumbu-sumbu ilalang yang ibu hidupkan demi kehangatan. Kalau saja bisa mengingat kapan terakhir kita bertemu mungkin terasa indah, namun kepikunan ibu sekarang tidak mampu lagi mengingat pertemuan terakhir kita itu nak. Ibu hanya bisa merasakan kesendirian yang begitu lama, tiada sosok buah hati tercinta yang selalu ibu nanti dan rindukan saat ini.
Nak, apa kabar? Kenapa tidak pernah singgah ke gubuk ibu lagi, apa sudah lupa dengan ibu. Ibu rindu nak, sebelum kepikunan ini semakin menguasai, ingin sesekali ibu memeluk mu nak. Tidak perlu repot repot mengajak ibu ke istana yang mungkin sekarang sudah kamu bangun. Tidak perlu membawakan ibu dengan barang mewah dan makanan enak yang bisa kamu beli, ibu hanya butuh kehadiranmu nak.
Sebelum ibu dirindukan Tuhan, ringankan kaki mu yang beralaskan mutiara itu untuk menghampiri ibu di gubuk yang dulu pernah meneduhi kita nak. Gubuk yang menjadi saksi perjalan hidup kita sewaktu bersama. Setiap malam dan paruh waktu di gubuk ini ibu menantikan kehadiranmu. Setiap kali di gubuk ini ibu bertasbih dan selalu menengadahkan tangan berdoa meminta untuk kebaikan mu dimanapun berada.
Kalau kita tidak dapat bertemu saat ini, dan ibu tidak mampu lagi menolak waktu yang sudah ditakdirkan, luangkan lisan dan hati tulus mu untuk mendoakan ibu yang sedang bersama Tuhan nak. Mungkin hanya itu yang akan menjadi harapan terbaik ibu dari seorang buah hati yang pernah ibu besarkan selama ini.
0 komentar:
Post a Comment