Fatal! 3 Kebiasaan Ini Ternyata Kebanyakan Dimiliki Para Mahasiswa

Tidak terbayang mahasiswa seringkali mengabaikan momen penting, kelihatannya sepele namun sebagian besar mahasiswa melakukannya. Menjadi mahasiswa memang pilihan, dengan masing-masing ideologi dan karakteristik yang berbeda. Sepantasnya jika penerapan dan tingkah laku setiap mahasiswa berbeda satu dengan yang lainnya.

Dari karakteristik yang demikian, dikaitkan dengan aspek proses belajar di bangku perkuliahan. Pada dasarnya mahasiswa menginginkan proses perkuliahan untuk mendapatkan ilmu, tidak bisa dipungkiri disisi lain juga hanya sebatas mengisi absensi akademik. Semua dilakukan mahasiswa dengan mengemas dengan baik, karena pandangan ideologinya.

Dari sisi lain yang dapat dijumpai, bahwa dalam hal tersebut terkadang mahasiswa ngawur dan salah dalam menerapkan ideologinya. Lantas bagaimana perilaku dan kesalahan yang dipakai atas dasar ideologinya dalam proses belajar di bangku perkuliahan. Unsur-unsur yang terdapat dari yang paling kecil sampai unsur yang besar dapat dijumpai seperti ringkasan dibawah.

Tidak Memiliki Catatan

Banyak mahasiswa yang salah dalam mengartikan konteks menulis atau mencatat ilmu yang didapat dari dosen. Mahasiswa menganggap mencatat adalah kerjaan di masa sekolah, jadi bepandangan mencatat itu tidak penting. Fakta dan prakteknya mahasiswa hanya mengandalkan indra pendengaran.

Kebanyakan mahasiswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh dosen, bahkan dalam waktu yang terbatas mahasiswa mati-matian untuk memahami. Tapi dengan hal demikian percuma saja karena kelemahan tidak mencatat apa yang disampaiakan. Yang terjadi adalah, orang nya ada di kelas namun rohnya tidak ada alias kemana-mana.

99% Mahasiswa Tidak belajar

Bukan hasil penelitian pribadi, menginjak kuliah akhir semester lima mendapat data diatas dari pengalaman dosen sepuh yang sudah lama mengajar. Dari wejangan yang disampaikan dari mengetahui dan bahkan hafal karakteristik rata-rata mahasiswanya yang tidak terlalu memprioritaskan belajar. Tidak salah, dari pengalaman pribadipun benar untuk prioritas belajar memang sangat sulit dan sangat berat.

Berlanjut teman-teman mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan sebagian besar juga seperti itu. Membuat dan merencanakan agenda lain nampaknya lebih seru dibanding untuk belajar. Pesan singkat dalam hal ini adalah, jika kita dalam kondisi setres atau banyak masalah justru dengan belajar akan menghilangkan stres kita. Berbalik arti jika kita belajar justru kita akan stress itu memiliki makna yang berbahaya dalam psikis kita.

Tidak Merubah Paradigma Belajar

Bagaimana mau merubah, belajar saja susahnya setengah mati dan  minta ampun pokoknya. Lagi-lagi kurangnya pandangan dan arus pemahaman dalam belajar seringkali menjadi momok mahasiswa. Semakin hari semakin berlarut, bukan merubah paradigma justru menumbuhkan hal yang berbeda jauh.

Dari pemabahasan diatas telah disinggung bahwa orangnya ada namun rohnya kemana-mana. Artinya, kelihatan mendengarkan, kelihatannya fokus, namun dengan tidak mencatat semua akan hilang. Itu terbukti ketika dosen memberikan pembelajaran aktif selama satu jam dan dilangsungkan tanya jawab setelah itu. 

Akhirnya, mahasiswa keteteran dan tidak seorangpun mahasiswa yang mampu mengingatkan. Hanya dengan batasan kurun waktu beberapa jam, mahasiswa sudah tidak mampu mengingat apalagi bertahun-tahun untuk hal itu. 

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa semua itu belum terlambat dengan cara berproses merubah paradigma. Setelah semua dilakukan akan bermuara pada waktu yang telah ditetapkan, namun dengan catatan kita berusaha. Alangkah baiknya menciptakan budaya mencatat akan jauh lebih baik jika diterapkan, karena mengingat bahwa ikatlah ilmu dengan menulis.

Setelah mampu menulis apa yang disampaikan, berusaha untuk belajar lagi pada taraf pemahaman yang lebih mendalam. Tidak mungkin kita sia-siakan tanpa kita mendapatkan ilmu yang pasti dengan jerih payah selama ini kita miliki.