Saturday, November 5, 2016

Tutur Cerita Kehidupan Pendendam, Termasukkah Anda?


Bersanding dengan darah hitam dan gejolak amarah yang tersirat dalam raut pendendam. Kini menumbuhkan sejuta perkara yang  tidak terhenti dalam tutur cerita kehidupan. Wajah yang kian memerah mulai duduk dalam bayangan dan angan-angan yang jauh. Tercipta sebuah langkah kecil untuk meraihnya dengan berdiri kokoh dalam suara sunyi. 

Kabut tebal yang menyelimuti alam membantu membentuk kedamaian, mengejar dan menerpa sanubari. Memandang jauh dalam keindahan meski terbalut luka yang menggores menyisakan mata untuk melihat sang bidadari. Bidadari yang muncul di hadapan mata dari percikan air yang membiru di atas permukaaan cinta.

Layaknya semua berbalik arah, menyaksikan beribu petualangan yang membuat jiwa semakin tertantang. Mampu menaklukan dengan gejolak yang membakar jiwa, kini bersandar bertumpu dalam kehidupan bahagia. Nirwana yang sedang berpihak, kini tidak ada lagi kegundahan yang mendalam. 

Tidak larut dalam emosi, menyisakan harapan damai dengan memangku jemari dalam ketenangan jiwa. Tatapan mata semu kini mulai terpancar dengan melihat kehidupan yang tidak lagi membelok. Berlayarkan istana, seperti pangeran sedang berpakaian baja dan memakai topeng asmara.  

Mulai bersandar dan memberikan kepastian bahwa tatapan tajam mata mampu merobohkan dinding kehidupan yang mengancam. Genggaman kini meringankan dan lupa dengan apa itu dendam. Raut wajah yang mengalirkan perih dalam bentuk yang menyayat tidak mampu melawan keabadian damai.

Telinga yang tersumpal tidak ingin mendengar, kini menunduk mencoba menyusun kecerdikan yang akan membawa dalam lentera mewah di dalam jiwa. Nirwana yang mengalirkan harapan mampu membawa dalam tatanan rapi bukan lagi bayangan. Semua  menjadi kenyataan dan kepastian abadi yang tertanam dalam hati.

Bernuansakan ketengangan tanpa busana membuat percikan nista mulai kembali mengotori. Akan tetapi jinjingan yang terdapat dalam genggaman emas membuat runtuh nista, menumbuhkan kebahagiaan. Keciutan dalam sara, kini menolak dan lambaian tangan memegang arti symobol bahagia abadi.
Indonesia Sumbersekar, Dau, Malang, Jawa Timur, Indonesia

0 komentar:

Post a Comment

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com