Bersumber dari hati |
Terlihat
tiga anak itu sedang bermain di halaman rumah, selang beberapa waktu salah satu
ibu dari anak itu memanggil. Ibu yang memanggil dengan melambaikan tangan
membuat satu temannya melihat dan memberitahu anak itu dengan menepuk dan
menunjukan telunjuknya ke arah seorang ibu tersebut.
Anak
itu menoleh dan mengerti maksud lambaian tangan yang meamanggil, percakapan
yang tidak terdengar membuat anak itu memutuskan meninggalkan teman bermainnya
sementara. Kemudian langkah menuju arah barat diseberang jalan ada sebuah toko
yang akan ditujunya. Menujulah anak itu kesana dan membeli apa yang
diperintahkan oleh ibunya.
Tidak
lama kemudian anak itu sampai rumah kembali dengan menggedor pintu dan memberikan
kepada ibunya sebuah bumbu dapur yang terbungkuskan plastik hitam. Kedua temannya
masih asyik bermain dan menghampiri lagi anak tersebut untuk melanjutkan
bermain bersama.
Hari
mulai petang dan anak itu pulang kemudian mengambil sehelai kain masuk kamar
mandi untuk membersihkan diri. Tidak lama berselang keluar dari kamar mandi
duduk manislah ibu yang sudah menunggu dengan hidangan makanan. Selepas ganti
baju duduklah pula anak itu dihadapan ibunya dan menyantap makanan bersama.
Selesai
menyantap hidangan lezat, lelah muali terasa akan tetapi anak itu meluangkan
waktu untuk membaca dan pada akhirnya ngantuk mengantarkan ia tertidur pulas. Fajar
menjemput terbangunn pula anak itu dan memulai aktivitas seperti biasanya,
terlihat dari jauh sosok dua orang lalui menghampiri mengajak ia bermain.
Pergilah
anak itu dengan izin ibunya dan bermain seperti biasanya. Hari itu terlihat
sosok seorang laki-laki kecil dengan umur yang sepantaran menghampiri ketiga
anak itu. Kemudian salah satu dari anak itu deperkenalkan dengan alat canggih.
Laki-laki kecil iu rupanya anak saudagar yang sedang berlibur.
Satu
bulan kemudian, anak itu tidak terlihat lagi bermain bersama kedua temannya. Anak
itu menyendiri dan asyik dengan alat yang digenggamnya yang diperoleh dari
memaksa ibunya untuk membelikan. Anak itu tidak seperti biasanya, dia mulai
tidak patuh dan selalu menyendiri dikamar berlama-lama.
Pola makan sehari tiga kali dan keperluan
lainnya yang ia lakukan secara teratur sampai-sampai lupa. Anak itu menjadi
pembangkang dan sering emosi ketika dipanggil ibunya untuk disuruh. Anak itu
lalai dengan rutinitas membaca sebelum tidur, anak itu hanya berfokus kepada
layar kecil yang dipegangnya.
Namun
semua itu hanya beberapa waktu entah kenapa mungkin kehendak Tuhan atau memang
keinginan hati kecilnya yang menentang. Anak itu tiba tia jatuh sakit dan
kemudian dirawat di ruang inap. Setelah sembuh anak itu sadar bahwa dirinya
baru saja dirusak dan dihancurkan benda yang selalu digenggamnya setiap waktu.
Akhir
cerita rupanya hati kecilnya yang menentang dan menolak berhasil menimbulkan tekat
anak itu untuk meninggalkan barang tersebut. Alangkah indahnya kalau kita bisa
menyadari dan memanfaatkan sesuatu pada porsinya. Dengan rasa ria dari masa
sakitnya anak itu kembali kepada teman dan ibunya. Mereka yang selalu ada dan
mereka yang ia sayangai dengan hangat mereka pun menyambut.
Jangan
lah kamu berfokus dalam kelalaian yang akan mengantarkan kamu dalam
keterpurukan, janganlah pula kamu membodohi dirimu sendiri dengan apa yang kamu
lakukan.Lakukan semua pada porsinya, ingat kebahagiaan itu milik kita dengan
dasar hati bukan lain itu sudah pilihan.
0 komentar:
Post a Comment