Tuesday, January 12, 2016

Harapan Pemuda untuk Negeri Tercinta





Terpaan angin malam yang berhembus membawa kedaimaian dan kesunyian.Suara gemuruh dan tawaan makhluk sawah melengkapinya. Pasukan semut hitam terarah dalam sebuah cahaya kecil yang bermuara dalam kotak yang menyulut membakar kegelapan. Duduklah disana seorang diri pemuda yang bersandar bermuara dalam peluk cerita. Melihat dan bangga dengan semut hitam yang penuh kedamaian dan kekompakan dalam menuju sebuah tujuan. Pemuda menjerit dalam hati, andai itu kehidupan nyata yang aku lalui bersama mereka maka kedamaian akan menyertai negeri ini. Pemuda dengan penuh hayal dan harapan yang merabah kemana-mana teringat dengan negeri yang sedang di perangi para petingginya. Pemuda menitik, meneteskan air mata kekecewaan dan berteriak ingin menghabisinya. Pemuda mengeluhkesahkan tetapi itu hanya bagai titik hitam dikejauhan.
Pemuda semakin terlarut dan mencoba mengingat satu persatu yang menjadi persoalan dan kekesalan. Pemuda berbicara dalam hati kecilnya dan menyampaikan bahwa benar negerinya sedang dilanda badai sengsara. Negerinya yang penuh cerita luka dan hanya tulisan dan suara kebohongan semata yang bergejolak didalamnya. Negerinya yang akan runtuh karena ulah para sesepuh yang berada diatasnya. Negerinya yang akan hancur karena berdasi mengolah mengatur dan membuat sara tiada habisnya. Pemuda sadar dan tahu bahwa dirinya hanya bisa bercerita dan berkaca diri. Pemuda menuliskan tentang hal ini dengan coretan pena hitam dalam lembaran putih yang digenggamnya. Pemuda tersedu-sedu luapan air mata membanjiri dan membasahi pipinya, dan berdoa pada sang pencipta.
 Pemuda tidak bisa berbuat apa-apa karena sebuah kekuasaan membatasi untuk berbakti pada negerinya. Pemuda menundukan kepala, menyesal dirinya tidak berguna dan tidak punya daya karena hanya seorang biasa. Seorang anak petani yang biasa dimainkan oleh para berdasi tidak tahu diri.Seorang nelayan yang biasa mendengar rayuan berdasi untuk sebuah janji.  Pemuda teringat dan hanya bisa menulis di kertas untuk menceritakannya dan membawa kabar kegalaun untuk sebuah khayalan yang dutliskannya. Tidak banyak yang bisa dia lakukan karena sebuah keterbatasan. Pemuda yang bertekat kuat dan memiliki harapan besar untuk pengorbanan diri terhadap negeri. Pemuda mengajak dan mengobarkan semangat dan amarahnya dalam coretan yang bertuliskan, “Matikan semua berdasi penghancur negeri ini, kita generasi wajib berserah diri untuk negeri tercinta ini”.
Pemuda memejamkan mata dan mengingat berita yang terdengar hangat ditelinga sebuah penggambaran yang terjadi sesungguhnya. Pemuda meratapi dan menanamkan dibenaknya kenapa hal itu bisa terjadi pada para pemimpin tahta negeri ini. Pemimpin yang di pilih rakyat untuk sebuah kepercayaan sesungguhnya bukan seenaknya merampas yang bukan haknya. Badai luka itu berlangsung semenjak penduduk tahta mulai mengincar karena sebuah keinginan dan bisikan setan yang menguasai hatinya.
Pemuda bercerita dengan pena dalam selembaran putih yang digenggamnya. Pemuda berharap mereka bisa mendengar dan menyampaikan kepada jelata supaya tidak salah memilih pemimpin para penduduk tahta. Pemuda merasakan dan mendengar jerit tangis penuh membanjiri negeri ini semenjak para berdasi membawa pergi dengan membawa selembaran wara -warni . Pemuda dan rakyat hanya bertanya kesana kemari kenapa ada, kenapa dia, dan kenapa harus korupsi. Rakyat bodoh pun tahu korupsi itu merusak negeri, tapi itulah yang dilakukan petinggi sekarang ini. Merusak, menggerogoti seolah-olah tidak berdosa dan menjadi sebuah tradisi. Para petinggi hormatilah kursi yang kalian duduki untuk bekerja sepenuh hati. Jagalah kepercayaan kami sepenuhnya bukan untuk menodainya.
Pemuda tetap menikmati terpaan angin yang berhembus tanpa beralih sedikitpun dalam sandaraan kedamaian yang penuh amarah. Pemuda tetap menuliskan apa yang ada dalam niatnya untuk merubah dirinya dan berserah kepada negeri tercinta. Pemuda menikmati lantunan hayalan yang membanjiri dan mengikatnya dalam sebuah pembelajaran dari lilin yang menemaninya. Pemuda berharap tidak ada lagi petinggi membawa selembaran warna-warni untuk keperluan pribadi. Pemuda mengajak kita membayangkan jika hal itu tidak terjadi, maka bagaimana negeri ini mustahil jika tidak ditakuti negeri lain. Alangkah baik kita berkaca dan belajar dari kehidupan lilin dan semut. Memberikan pengorbanan untuk kebersamaan dan keperluan lain walau dirinya habis termakan kematian.
Pemuda menepuk dada sembari berkata musnahlah kau para penjahat tahta. Hanguslah kau dalam badai api yang kau hidupkan sendiri. Lenyaplah kau dan jangan kembali, bawa jiwa kotormu pergi agar kami tidak tertulari. Pemuda menaraik nafas panjang dan mengayunkan tangannya karena kekesalan yang menghampirinya. Pemuda beranjak pergi mensucikan diri dan menghadap sang Ilahi untuk berdoa demi kebaikan negeri ini.


Indonesia Jl. Perum Landungsari Indah, Dau, Malang, Jawa Timur 65151, Indonesia

1 comment:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com