Aku
terlahir dari desa kecil, aku sadar aku jauh dari kemewahan dan kesempurnaan
seperti yang terlihat dari pancaran mata. Aku hidup dalam lingkaran tidak
bertepi dengan kaki tegak dan dalam genggaman. Aku tidak mampu menggerakkan seorang
diri tanpa sentuhan lembut. Jauh dari pandangan ku tatap sebuah harapan semu.
Aku
hanya mengikuti alur dan lantunan yang akan kutuju dalam sebuah pencapaian. Aku
menitikan mata dalam sebuah genggaman hangat yang akan membawa dalam kesempurnaaan.
Aku tidak pernah bosan jika aku diperlukan dan dibtuhkan. Aku menapakkan kaki
yang kokoh untuk pembelaan sebuah kedamaian dan kebahagiaan untuk mu sayang.
Memori
mengingatkan ku dalam sebuah langkah dan perjuangan awal sebuah kehidupan.
Naluri tidak mampu mengemban sendiri tanpa engkau orang terdekat yang ku
kasihi. Kehidupan bermula dan berubah seketika sejak pertemuan indah bersama dirimu.
Tangkapan pasti membuatku yakin akan sebuah kebahagiaan yang mampu menghadapi
badai luka ini. Canda tawa mu mengiringi dan menghiasi mampu membuat setiap
hariku jadi berarti.
Dihari
terpuruk dan terjatuhku pernah engkau ucap kalau akulah salah satu orang terakhir
untuk hidup mu. Aku merasa bangga dan aku mulai bangkit dari masa terpuruk itu dan
semua mengantarkan ku dalam keindahan. Rasa kesungguhan yang kau yakinkan pada
ku menitikan sejuta bahagia memecah derita. Dan saat itulah aku merasa kau
selalu ada dipelukan dan genggaman tangan hangatku.
Rasa
itu membuat ku tidak ingin melepaskan sejuta keindahan dan kerinduan. Akan
tetapi takdir berkata lain, aku harus pergi jauh untuk meninggalkan mu dalam
kesepian. Gambaran hidup yang kau likiskan membuatku tenang dalam kedamaian.
Aku mencintai mu sayang.
Salam
Desember 12
21 Februari 1996 |
0 komentar:
Post a Comment